Sabtu, 15 Mei 2010

Pantai Srau


Pantai ini terletak di Desa Candi Kecamatan Pringkuku. Jaraknya sekitar 25 Km ke arah Barat dari pusat kota Pacitan. Kita bisa mencapai lokasinya dengan kendaraan umum yang biasa disebut colt atau kendaraan pribadi baik roda 2 maupun roda 4. Untuk roda 3, bukannya diskriminasi yah, tapi emang medannya nggak banget jadi jangan dicoba.

Secara informal, Pantai Srau dibagi menjadi 3 lokasi. Lokasi pertama yang terletak paling dekat dengan pos penjagaan masuk ke lokasi pantai ini. Pada lokasi pertama ini, yang paling menonjol dan merupakan keunikannya dibandingkan tiga lokasi lain adalah bebatuan karang yang mencuat dan banyak membentuk bukit di sekeliling bibir pantai.

Untuk masalah perairannya, sangat jernih dengan dominasi warna biru artinya tidak banyak alga dan kedalamannya cukup mengerikan. Untuk kondisi wilayah pasang surutnya berpasir bukan berbatu, serta ombaknya cukup ganas walau kadang tidak terlalu tinggi.

Lokasi kedua terletak setelah kita menyusuri jalan aspal kecil dari pos penjagaan di pintu masuk ke arah barat. Lokasi kedua ini merupakan lokasi favorit bagi pengunjung atau wisatawan serta muda-mudi yang sedang dimabuk asmara untuk berpacaran. Pada lokasi kedua ini disediakan tempat duduk yang terbuat dari beton dengan posisi menghadap ke pantai. Di lokasi inilah, bisa kita temui pedagang-pedagang minuman maupun makanan menggelar dagangannya. Untuk kondisi pantainya sendiri, lokasi kedua ini memiliki ombak yang cukup jinak, namun tetap berbahaya. Kondisi pantai berpasir namun juga terdapat karang-karang namun tidak sebanyak lokasi pertama. Bagian Pantai Srau inilah yang sering dijadikan lokasi surfing, bukan hanya oleh penduduk lokal, namun juga oleh wisatawan mancanegara. Yang khas dari tempat kedua ini dan wajib dikunjungi adalah gua laut yang terletak pada di bagian paling timur dari lokasi kedua ini.

Lokasi ketiga, terletak di sebelah barat lokasi kedua atau terletak pada bagian paling barat dari Pantai Srau tersebut. Pada bagian ini terdapat fasilitas berupa anjungan kecil. Dari anjungan tersebut kita dapat menikmati pemandangan sunset yang menawan. Pantainya sendiri tidak terlalu menarik karena hanya merupakan teluk kecil yang langsung menghadap ke Samudera Hindia, dengan kondisi pantai berpasir dan ombak yang relatif kecil namun perairannya cukup dalam.

Pantai Klayar


Pantai Klayar berada di wilayah kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, yang jaraknya kurang lebih 35 Km ke arah barat kota Pacitan. Pantai berpasir putih ini memiliki suatu keistimewaan yaitu adanya seruling laut yang sesekali bersiul di antara celah batu karang dan semburan ombak.

Di samping itu juga terdapat Air Mancur Alami yang sangat Indah. Air mancur ini terjadi karena tekanan ombak airu laut yang menerpa tebing karang berongga. Air muncrat yang dapat mencapai ketinggian 10 meter menghasilkan gerimis dan embun air laut yang diyakini berkhasiat sebagai obat awet muda.

Gua Gong


Ketika mendekati Gua Gong, yang terlihat di kanan kiri jalan adalah bukit-bukit karst yang tandus. Justru karena ketandusannya tersebut, memberikan nuansa yang berbeda, karena tak disangka di salah satu pegunungan karst tersebut tersimpan sebuah mutiara keindahan yang tercipta melalui stalaktit dan stalakmit selama ratusan tahun.
Walaupun tandus, menempuh perjalanan ke Gua Gong lewat Wonosari sungguh mengasikkan. Jalannya yang berkelok-kelok, naik turun membuat pikiran menjadi segar. Namun mendekati lokasi gua, jalanan yang kita lalui menyempit, terkadang naik sangat tajam dan turun secara tajam sehingga seakan-akan jalanannya seperti hilang. Untuk itu kita harus sangat berhati-hati terutama jika berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan.

Hanya memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit dari Wonosari untuk menuju Gua Gong. Jalannya lebar dan mulus, hanya beberapa kilometer menjelang gua saja yang jalannya menyempit. Waktu kami tiba di sana jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi, suasana masih sepi dan ternyata gerbang gua masih ditutup. Kami sempatkan mampir di warung yang terletak di depan gua sebentar sembari menunggu dibukanya gerbang gua. Pemilik warung mengatakan, “ kalau petugas akan membuka gua pukul 07.00 pagi”.

Gua yang terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan ini merupakan gua yang terindah dan terdalam diantara gugusan gua-gua yang terletak di disekitarnya. Karena masih ada beberapa gua lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari Gua Gong, seperti Gua Tabuhan dan Gua Putri. Karena keindahannya tersebut, pihak pengelola pun secara serius menggarap wisata ini dengan baik. Walaupun terletak disalah satu puncak bukit karst yang terjal, pengelola menyediakan lokasi parkir mobil yang lumayan luas, kurang lebih bisa menampung dua puluh kendaraan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi membludaknya pengunjung di hari-hari libur.

Para pemandu yang berseragam juga telah disiapkan untuk menemani para tamu. Ketika kami menuju tangga masuk ke gua, Pak Rubadi (40) siap menemani kami selama perjalanan di dalam gua. Sebelum memasuki gua, Pak Rubadi bercerita sedikit tentang asal-usul Gua Gong.

“Alkisah waktu itu, Dusun Pule mengalami kemarau yang panjang, sehingga sulit untuk mencari air minum dan air untuk berbagai keperluan sehari-hari. Maka Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo mencoba mencari air ke dalam gua yang dianggapnya terlalu jauh dari rumah penduduk kurang lebih 400 meter. Dengan menggunakan alat penerangan tradisional berupa obor (daun kelapa kering yang diikat) hingga menghabiskan tujuh ikat, kedua kakek tersebut berhasil menelusuri lorong-lorong gua hingga menemukan beberapa sendang dan mandi di dalamnya. Peristiwa tersebut terhitung 65 tahun yang lalu yang dihitung mundur dari tahun 1995.
Atas penemuan tersebut, pencarian berikutnya pun dilakukan, tepatnya pada hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995, berangkatlah sejumlah rombongan yang berjumlah delapan orang untuk mengeksplore lebih jauh tentang keberadaan gua tersebut. Singkat cerita akhirnya rombongan tersebut berhasil menyusuri gua yang keindahannya bisa dirasakan sampai sekarang”.

Penamaan gua Gong sendiri bertalian erat dengan salah satu nama perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat-saat tertentu, di gunung yang ada guanya tersebut sering terdengar bunyi-bunyian seperti gamelan jawa, pertunjukan reog, terbang-an bahkan sering terdengar orang menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat sekitar menamakan gua tersebut menjadi Gua Gong.

Karena itu sebelum masuk ke gua harus diperhatikan tata tertib masuk gua, diantaranya: berbicara sopan, saling menghormati, berjalan melalui jalur yang sudah ditentukan, setiap rombongan harus didampingi oleh pemandu. Begitupun untuk syuting komersial juga tidak diperbolehkan kecuali syuting dokumenter, itupun harus melakukan proses perijinan terlebih dahulu.

Setelah membaca tata tertib tersebut, barulah kami memasuki gua bersama pak Rubadi. Pertama memasuki gua, kami langsung takjub dengan warna dinding-dinding gua yang terlihat kuning keemasan. Tak lama kemudian kami mendengar bunyi gemuruh, ternyata kipas angin besar yang sengaja diletakkan di beberapa sisi gua untuk mengurangi rasa panas di dalam gua, jika pengunjung membludak. Kemudian kami memasuki ruang pertama, yaitu ruang Sendang Bidadari. Dalam ruangan ini terdapat sendang kecil dengan air yang dingin dan bersih. Di sebelahnya adalah ruang Bidadari, dimana menurut cerita diruangan kadang melintas bayangan seorang wanita yang cantik.

Ruang tiga dan empat adalah ruang kristal dan marmer, dimana dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer di sisi-sisi atas dan samping gua dengan kualitas yang hampir sempurna. Memasuki ruang lima, adalah ruangan yang sedikit lapang. Di tempat ini pernah dijadikan konser musik empat negara, yaitu; Indonesia, Swiss, Inggris dan Perancis dalam kerangka mempromosikan keberadaan Gua Gong ke mancanegara.Ruang enam adalah ruang pertapaan dan terakhir ruang tujuh adalah batu gong. Adalah batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan suara seperti gong.

Kurang lebih satu jam lamanya kami berada di dalam gua, walaupun sudah dipasang kipas angin, tetap saja masih terasa panas kalau berlama-lama d dalam gua. Luar biasa memang fenomena alam yang menciptakan gua ini, hampir seluruh isi gua mengandung makna dan legenda dan secara fisik pun terlihat mengagumkan. Selain itu, jika anda berkunjung ke Gua Gong, anda dapat berkunjung ke tempat wisata lain yang berdekatan. Yaitu : Gua Tabuhan Gua Putri, Pantai Klayar, Pantai Teleng Ria, Pantai Watu Karang dan Pemandaian Air Hangat Arjosari.

Pantai Teleng Ria


Perlahan namun pasti matahari mulai menampakkan diri. Sinarnya mengiringi langkah nelayan yang bergegas menuju perahu untuk melaut. Hembusan angin dan deburan ombak melengkapi sabda alam Pantai Teleng. Semua itu, merupakan anugerah yang apabila digarap dengan baik akan mendatangkan wisatawan.

Pantai Teleng Ria merupakan lautan yang menjorok ke darat atau biasa disebut teluk. Pantainya diapit oleh dua dataran tinggi yang merupakan bagian dari pegunungan kapur Selatan yang membujur dari Gunung Kidul ke Trenggalek, menghadap Samudera Indonesia. Kendati pantai ini disinari matahari yang terik, namun udaranya masih terasa sejuk layaknya hembusan angin pegunungan.

Meskipun merupakan pantai selatan, namun ombak di Pantai Teleng Ria relatif kecil, ini cukup bagus bagi para pecinta olahraga surfing, khususnya mereka yang masih dalam kategori pemula. Antara bulan Juni - Agustus pantai Teleng Ria menjadi tempat migrasi kelompok ubur-ubur. "Biasanya pada bulan Juni - Agustus banyak ubur-ubur yang berwarna ungu muncul di pantai ini," ungkap Hamdoko Kordinator Baywacth (penjaga pantai) Teleng Ria.

Hari mulai merambat menjelang siang. Dari kejauhan mulai nampak pengunjung yang datang. Ada yang berkelompok menggunakan sepeda motor, banyak juga yang datang dengan mobil pribadi, bahkan ada rombongan yang menggunakan bus dan truk.

"Pengunjung yang datang ke Teleng Ria tahun ini jauh lebih ramai dari sebelumnya. Tahun kemarin banyak pedagang yang hanya membawa uang cuma Rp 50.000, tapi sekarang pendapatan merata semua kebagian hasil yang lebih banyak," ujar penjual makanan dan minuman ringan di sekitar pantai. Hal senada juga disampaikan seorang kusir dokar, pengunjung yang menyewa dokarnya unutk berkeliling pantai lebih banyak dari tahun sebelumnya. "Pengunjung yang sewa dokar lebih banyak dari tahun kemarin, saya hampir ndak bisa istirahat," ujar kusir ini dengan logat Jawa yang kental.

Semenjak 15 September 2008 lalu, pengelolaan pantai Teleng Ria resmi diserahkan kepada pihak PT.EL JOHN Tirta Emas Pariwisata. Diharapkan ke depan setelah dikelola oleh pihak swasta, Pantai Teleng Ria bisa lebih baik dan mampu memberikan kontribusi positif bagi pendapatan Pacitan dari sektor pariwisata.

Untuk mempercantik diri, beberapa fasilitas yang sudah ada akan dipugar. Selain itu juga akan ada penambahan fasilitas di sekitar Pantai Teleng Ria seperti plaza seni, plaza anak untuk bermain, dan plaza kuliner. "Kita akan buat arena permainan anak yang sifatnya edukatif dan membuat anak kreatif," jelas Ardy.

Pengembangan dan pembangunan kawasan pantai Teleng Ria juga akan menggandeng masyarakat Pacitan, khususnya yang tinggal disekitar Pantai Teleng Ria "Kita juga ingin mereka masyarakat juga merasakan manfaat positif dari tempat yang kita kelola, dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Ardy.

Salah satu bentuk nyata dari merangkul masyarakat sekitar adalah El JOHN akan menggandeng nelayan untuk mendapatkan keuntungan dengan menyewakan perahunya kepada pengunjung Teleng Ria. "Pada musim musim tertentu kan nelayan tidak melaut kita beri mereka kesempatan menyewakan perahunya dengan pembagian hasil 70 persen untuk nelayan dan 30 persen masuk ke pihak pengelola," ujar Ardy lagi.

Meskipun karakter ombaknya yang tidak besar, namun Pantai Teleng Ria cukup representatif untuk melakukan surfing. Karakter ombak yang tidak besar membuat pantai ini cocok untuk para surfer pemula. "Banyak orang yang ingin belajar surfing datang ke pantai ini, seperti dari Semarang dan kota lain dekat Pacitan," jelas Choirul pengurus Pacitan Surfing Club.

Pantai Teleng Ria juga menjadi salah satu tempat favorit bagi para turis mancanegara yang ingin menikmati wisata pantai. "Walau pun belum terlalu banyak, tapi wisatawan asing juga ada yang datang ke sini, mereka senang karena disini tidak terlalu ramai," Ungkap Choirul lagi. Belum ramainya aktivitas surfing di Pantai Teleng Ria membuat pantai ini menjadi alasan para surfer asing berselancar di sini. "Kalau surfer asing senang ke sini karena mereka tidak perlu rebutan ombak dengan surfer lainnya," jelas Choirul lagi.

Daya tarik lain mengapa banyak para surfer asing memilih Teleng Ria adalah karena suasana pantainya yang relatif masih sepi. "Turis asing yang surfing di sini biasanya dari Australia dan Swiss. Mereka senang ke sini karena suasanya masih sepi, tidak seramai pantai pantai di Bali". Melihat kelengkapan alam dan fasilitas yang akan dibangun, kiranya Pantai Teleng Ria siap menjadi destinasi pantai primadona baru.

Pantai Teleng Ria berada di Kabupaten Pacitan, sekitar 3 Km dari pusat kota. Hanya butuh waktu 10 menit mencapai Pantai Teleng Ria dari Alun-alun kota. Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sehingga untuk mencapai Pantai Teleng Ria akan lebih cepat jika melalui Yogyakarta. Hanya butuh waktu 3 jam perjalanan. Akses jalan dari Yogyakarta menuju Pacitan pun sangat baik meski ruas jalannya tidak terlalu lebar.

Jika berangkat dari Yogyakarta hanya butuh waktu 3 jam perjalanan untuk mencapai pantai ini dengan menggunakan travel jurusan Jogjakarta-Pacitan. Tarifnya berkisar antara Rp 40.000 - Rp 50.000. Pilihan lain menggunakan bus turun dari Terminal Pacitan dengan ongkos Rp 12.000 per orang lalu dilanjutkan naik angkot jurusan Prengkuku dengan tarif Rp 2.000 per orang.

Kota Pacitan


Pacitan, adalah sebuah kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten Pacitan, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Pacitan adalah denyut nadi pemerintahan dan perekonomian kabupaten Pacitan secara keseluruhan. Lansekap kota Pacitan terletak di Lembah, di tepi Teluk Pacitan, hilir Sungai Grindulu.
Sejarah Kabupaten pacitan, Menurut Babat Pacitan, nama Pacitan berasal dari kata “ Pacitan ” yang berarti camilan, sedap-sedapan, tambul, yaitu makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan. Hal ini disebabkan daerah Pacitan merupakan daerah minus, hingga untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya tidak sampai mengenyangkan / tidak cukup.
Adapula yang berpendapat bahwa nama Pacitan berasal dari “ Pace ” mengkudu ( bentis : Jaka ) yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang bersumber pada Perang Mengkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746 – 1755) yakni tatkala Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di daerah Pacitan. Dalam suatu pertempuran ia kalah terpaksa melarikan diri ke dalam hutan dengan tubuh lemah lesu. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang memberikan buah pace masak kemudian menjadikan kekuatan Mangkubumi pulih kembali. Akan tetapi nampaknya nama Pacitan yang menggambarkan kondisi daerah Pacitan yang minus itulah yang lebih kuat. Hal itu disebabkan pada masa pemerintahan Sultan Agung ( 1613 – 1645 ) nama tersebut telah muncul dalam babat Momana.